Menata Hati Sambut Tahun Baru Hijriah

AdminGK
4 Min Read
Oleh: Ummafidz

TAHUN baru Hijriah kembali menyapa. Sebagian menyambutnya dengan zikir bersama, sebagian lagi dengan renungan sunyi. Tapi sejatinya, momen 1 Muharram bukan hanya soal tradisi tahunan, melainkan ajakan untuk hijrah, khususnya hijrah spiritual.

Hijrah yang tidak terlihat mata, tapi sangat nyata dalam perubahan hati. Hijrah dari kesombongan menuju kerendahan hati. Dari lalai menuju sadar. Dari gelisah menuju damai. Karena sesungguhnya, hijrah yang paling berat bukanlah pindah secara fisik, tapi pindah dari hawa nafsu menuju keikhlasan.

Adalah perjalanan menata batin, memperbaiki hubungan dengan Allah SWT, dan mengikis penyakit hati yang mengendap selama ini.

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

- Advertisement -
Ad imageAd image

Di era ini, kita lebih mudah tampil Islami secara lahiriah. Baju panjang, konten dakwah, bahkan ikon agama yang bisa dibeli. Namun, hijrah spiritual tidak bisa dibeli, ia hanya bisa ditempuh dengan kejujuran pada diri sendiri.

Hijrah spiritual adalah ketika seseorang menundukkan egonya untuk mendengarkan nasihat, mengakui kesalahan, dan melembutkan hati terhadap kebenaran. Ini bukan perkara mudah. Banyak orang menunda taubat bukan karena tidak tahu, tetapi karena hatinya terlalu keras untuk tersentuh.

Jika pada zaman Rasulullah SAW hijrah dilakukan dari Makkah ke Madinah untuk menyelamatkan iman, maka hari ini kita perlu hijrah dari belenggu batin yang menyesakkan : iri hati, dendam, riya, cinta dunia berlebihan, dan kesombongan hati. Era digital membawa kita pada kemewahan informasi, tetapi sering kali mengabaikan ketenangan batin.

Betapa banyak orang yang secara lahiriah tampaknya sukses, tapi rapuh secara batin. Bahkan sebagian mengalami tekanan psikologis yang berujung pada depresi berat, hingga kasus bunuh diri. Maka hijrah spiritual juga berarti membangun kesadaran batin untuk lebih peka terhadap kondisi hati orang-orang terdekat kita.

Menata hati bukan perkara sekali jadi. Ia proses yang panjang dan penuh ujian. Tapi seperti halnya Rasulullah SAW, yang menjalani hijrah dengan keteguhan, strategi, dan kesabaran, begitu pula kita harus merancang hijrah batin dengan disiplin dan muhasabah.

Hijrah spiritual membutuhkan komunitas, guru, dan teman seperjalanan yang tidak menghakimi, tapi membimbing. Karena hati yang lemah akan mudah kembali pada gelapnya kebiasaan lama jika tidak dikelilingi cahaya yang cukup.

Tahun baru Hijriah adalah momen yang tepat untuk memulai langkah baru. Bukan dengan gegap gempita, tapi dengan kesadaran bahwa kita sedang berjalan menuju akhir. Bahwa setiap hari adalah pengurangan umur. Dan bahwa hati yang tidak dibersihkan akan menjadi sumber derita, tak peduli seberapa makmurnya hidup di luar.

Mari jadikan 1 Muharram bukan sekadar peringatan sejarah, tetapi awal perjalanan hijrah rohani. Kita hijrah dari lalai menuju sadar, dari sibuk membenahi dunia menuju kesungguhan membenahi hati.

Karena sesungguhnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga di tahun baru ini, Allah SWT beri kita taufik untuk memulai hijrah yang paling penting yaitu hijrah ke dalam diri sendiri.

The post Menata Hati Sambut Tahun Baru Hijriah appeared first on infogunungkidul.

Share This Article
Leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *