PONJONG-SENIN PON | Nyadran makam Raden Mas Djoyo Dikromo Secuco Ludiro dilaksanakan tiap tahun sekali, jatuh pada tanggalan Jawa 15 Ruwah. Tokoh tersebut juga diyakini sabagai cikal bakal atau orang pertama yang memiliki hubungan tak terpisahkan dengan Padukuhan Blarangan, dan Kalangan di Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Ponjong.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat, konon dua punggawa lari dari Kerajaan Majapahit. Kedua tokoh tersebut bernama Tumenggung Wayang, dan Tumenggung Secuco Ludiro.
Dalam cerita dikisahkan, kedua orang punggawa berpangkat Tumenggung tersebut dikejar oleh para prajurit kerajaan, lantas keduanya dipaksa untuk kembali.
Karena keduanya menolak, terjadilah pertempuran hebat hingga keduanya dikalang (terkepung:RED). Berawal dari peristiwa tersebut, terjadilah nama Padukuhan Kalangan.
Sementara itu, Ki Wayang saat itu, menurut cerita sulit untuk ditaklukan, hingga akhirnya tiga bagian tubuh Ki Wayang terpaksa dipisahkan dan membuatnya tersungkur tak berdaya.
Maka pertumpahan darah pun terjadi, Tumenggung Wayang gugur dalam pertempuran tersebut. Daerah itu kemudian disebut Blarangan, dari kata Mblarah Getih Blarah, yakni tumpahnya darah Tumenggung Wayang dari tubuh yang dipisahkan hingga menjadi tiga bagian.
Ki Wayang gugur, sementara Ki Secuco Ludiro yang masih bertahan hidup kemudian mengajarkan bercocok tanam dan menjadikan daerah tersebut menjadi Padukuhan yang amat sangat subur, hingga Ki Secuco Ludiro wafat dan dikebumikan di Blarangan.
(Surya)
The post Pertempuran Sengit Jadi Nama Daerah di Gunungkidul, Begini Kisahnya appeared first on infogunungkidul.